Langsung ke konten utama

CERITA DARI DAUN-DAUN SIRSAK



Suatu siang di sebuah desa, kupetik daun-daun sirsak yang tumbuh tinggi  di pekarangan petani.  Pohonnya yang tinggi dan besar membuatku hanya bisa meraih dedaunan dari tangkai terbawah yang menjuntai.  Aku mengumpulkan dedaunan itu  untuk kawanku.  Teringat akan pesan singkatnya  di suatu sore, 

"Sel-sel kanker itu sudah metatase ke hati. Aku butuh daun-daunan seperti binahong dan kelor yang bisa memperbaiki fungsi limpa, hati dan empedu agar jangan sampai pecah dan meracuni tubuh. Aku juga perlu daun sirsak.  Adakah yang tanam di sekitar rumahmu?" tanya kawanku.
"Kalau di seputaran rumah ngga ada. Nanti aku carikan ya", kataku seraya mengingat-ingat dimana bisa kudapatkan daun-daunan itu. 

Baru kuketahui kalau buah sirsak dan daunnya bisa digunakan untuk proses pengobatan dan  penyembuhan. Sebelumnya aku hanya tahu manfaat daun sirsak itu untuk pestisida nabati. Aku memanfaatkannya untuk mengendalikan hama kutu putih. Air dari tumbukan daun sirsak yang ditambahkan dengan sedikit air serta sedikit sabun yang berfungsi sebagai perekat dapat menjadi alat pembasmi hama yang murah meriah terutama untuk tanaman yang ada di pekarangan rumah.

Menurut kawanku tiap hari ia meminum rebusan lima belas daun sirsak untuk memulihkan dayanya akibat kemoterapi. Juga bergantian dengan seduhan daun-daunan yang lain. Segala upaya ditempuhnya untuk sembuh.  Meski sejatinya ia tahu, ia berpacu dengan waktu.  Berpacu dengan sel-sel kanker itu.

Lembar demi lembar telah  kukumpulkan.  Satu kantong plastik ukuran sedang. Berharap ini dapat membantu meringankan penderitaan kawanku. Kala memetik daun daun sirsak itu aku belajar, mungkin tak banyak yang bisa dilakukan untuk sesama. Namun bila dengan yang sedikit itu bisa menumbuhkan harapan mengapa tak segera dilakukan?
 Tetaplah berupaya, ulurkan tangan sejauh yang kita bisa.

Note : Kawanku yang gigih itu akhirnya berpulang ke rumah Tuhan pada 5 Oktober 2014.  

#NulisRandom2015

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

MALAM ITU DI GETSEMANI

Malam itu di Getsemani Dalam gelap yang memekat Tertikam  kelu berbalut  sedih Terpapar hati  di dera resah Terlukis di tetes air mata darah Malam itu di Getsemani Di hening yang sunyi Diantara sahabat yang terbuai kala harus terjaga Berserah hati meneguk cawan  pahit Demi jiwa-jiwa terhilang Malam itu di Getsemani ciuman palsu tersuguh penanda bagi musuh Namun tikai terlerai oleh jamahan kasih Malam itu di Getsemani Menapak kaki menuju derita Kalvari Menjadi penebus atas segala salah Dan membuat jiwa-jiwa berdosa layak dihadapan-Nya Mengingat malam di Getsemani terurai makna tersadar  hati betapa bernilainya diri ini bagi-Nya   Gempol, 5 April 2012 ----refleksi hati dimalam menjelang Jumat agung

DI BIAS MENTARI PAGI

Dalam kehangatan pagi Di tiap semburat keindahan mentari Tertuai harap Teruntai doa Tergenapi rindu Di biduk perjalanan kalbu. Est, 29 September 2012 Picture by Safril, at Pasuruan 

FILOSOFI BUNGA ANGGREK

Banyak wanita menyukai anggrek karena keindahan bunganya. Bunga anggrek juga lebih tahan lama dibandingkan bunga mawar. Tahukah anda bahwa keindahan dan kekuatannya  tidak dihasilkan dalam waktu singkat? Mulai dari bibit hingga berbunga membutuhkan waktu lama.  Pada setiap fase pertumbuhannya banyak ancaman dari lingkungan yang  dapat membuatnya tidak tumbuh   bahkan mati. Saya pernah mengamati pertumbuhan anggrek Papua dan menantikan munculnya bunga. Saya memberi pupuk dan nutrisi lainnya. Harapannya, agar anggrek Papua cepat berbunga. Sayangnya, bunga itu tidak muncul juga. Saya tidak lagi banyak berharap munculnya bunga anggrek Papua. Setelah 10 tahun berlalu, keindahan bunga anggrek itu dapat saya nikmati. Kadang hal-hal  indah  yang Tuhan janjikan  harus melalui proses  panjang, dan menyakitkan. Hambatan-hambatan yang ada kadang memaksa kita untuk menyerah. Di sisi lain kita melakukan hal-hal dengan maksud mempercepat mendapatkan apa  yang kita inginkan.             Kita tidak bis