Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2012

TUNE UP ROHANI

" Dari debu kita tercipta dan akan kembali menjadi debu pula nantinya. Selamat memasuki masa pra paskah. Saatnya tune up rohani…" Sebuah pesan pendek  kuterima di ponselku. Kalimat itu cukup menggetarkan hati. Aku tersadar.  Kesibukan  di pekerjaan telah menyita waktu,  menggeser sedikit demi sedikit  jam-jam doaku.  Tugas-tugas yang dikerjakan hingga larut berujung pada lelah.  Aku teringat tune up pada sepeda motor.  Upaya itu diperlukan  untuk mengembalikan  motor pada kondisi semula;  terlebih pada motor yang mengalami gangguan dan kerusakan akibat pemakaian secara terus- menerus.   Tujuan dari tune up  agar motor tetap menghasilkan tenaga yang maksimal dan senantiasa dalam kondisi baik. Rohani kita mungkin tidak mengalami kerusakan yang berarti. Kita menjalani  rutinitas sehari-hari, sibuk melakukan tuntutan pekerjaan yang kian bertambah setiap waktu. Namun pernahkah kita sadari  kesibukan itu dapat menggerogoti tenaga dan mengauskan hati? Kita perlu mengambil waktu

JERAWAT HATI

Sore itu  aku baru tersadar  ada muncul jerawat-jerawat kecil di wajahku. Kuamati ada juga jerawat batu. Sepintas tak nampak apalagi bila tertutup dengan bedak. Namun bila diraba akan terasa butir-butir kecil di wajah. Jerawat adakalanya mengganggu penampilan, terlebih  bila jerawat itu meradang.  Butuh waktu dan biaya yang tidak sedikit untuk menghilangkannya. Perawatan,  asupan vitamin dan  nutrisi diperlukan untuk membuat wajah bersih kembali. Well,  kita kadang  terlupa ada yang lebih penting dari itu, yaitu meniadakan jerawat di hati.Tanpa kita sadari muncul jerawat kebencian, buruk sangka, kepahitan dan banyak hal jelek yang menghiasi wajah hati. Bila dibiarkan berlarut-larut itu akan merusak jiwa dan mengiritasi rasa.  Hati meradang dan membutuhkan waktu untuk memulihkannya. Ketika muncul sedikit jerawat akan lebih baik bila segera diatasi. Demikian pula dengan noda dihati kita. Mari belajar mengikis   segala sesuatu   yang mengotori hati dan mengisinya dengan nutrisi bagi ji

LOVE

Ada banyak lagu berkisah tentang kasih.  Kasih atau cinta kepada pasangan, orang tua atau kepada Tuhan;  sebagai bentuk ungkapan kepada yang kita kasihi. Amat mudah mengatakan kasih bila kondisi menyenangkan dan baik-baik saja. Bagaimana kalau sebaliknya? Saat orang yang kita kasihi mulai tidak peduli, saat atensi mulai berkurang dan hubungan menjadi sesuatu yang suam-suam. Mudahkah mengatakan kasih saat ada pertengkaran dan permusuhan?  Tak lagi ada kasih. Namun berita baiknya,  mengasihi  adalah sebuah pilihan. Kasih sejati akan dimurnikan dan diuji  saat tak lagi ada perhatian, saat kepedulian mulai menghilang.  Kasih yang disirami dengan ketulusan akan berbuah manis. Bukan hanya kita yang merasakannya tetapi orang lain juga. Teteplah mengasihi, apapun yang terjadi. Happy valentine, dear. I always love you. http://www.youtube.com/watch?v=uIPN2vRDtVE

PUTUS ASA? NGGA LAH...

     Suatu  hari aku merangkai kalung dari butiran batu biofir. Kalung itu sempat putus dari ikatannya. Aku menambahnya dengan manik-manik lain agar sedikit lebih panjang. Pekerjaan ini membutuhkan kesabaran karena lubang yang  sangat kecil.  Setelah beberapa lama   akhirnya semua batu dan manik manik bisa terangkai. Lega rasanya. Tinggal menautkan kedua ujungnya dan jadilah kalungku, begitu pikirku. Ketika aku mencari gunting untuk memotong sisa tali pengaitnya tiba-tiba batu dan manik-manik terlepas dari tanganku. Berhamburan semua ke penjuru ruangan. Aku tertegun dan kesal. Bisa dibayangkan, aku harus mengumpulkan batu-batu dan manik-manik berukuran kecil yang berserakan.  Menautkannya kembali dengan susah payah.  Masih dengan sedikit kesal aku mencoba merangkai kembali satu demi satu bebatuan  itu. Dengan kesabaran akhirnya kalung itu jadi  dan berfungsi seperti yang kuinginkan.      Terkadang kita dihadapkan dengan hal-hal sulit.  Segala daya dan upaya kita kerahkan untuk menyel

EPISODE MURAI : Murai Yang terluka

Murai itu terluka tergeletak di rerimbun dahan mangrove lirih kicaunya merintih perlahan senyap tak bersuara Nun diujung sana sang enggang  terdiam tepekur  tak ada daya sesekali kepak sayap terdengar menghantar kabar lara Duh Murai terluka, masihkah nafasmu tersisa tak terjawab hanya senyap

LILIN KEBAIKAN

"Lilin  redup itu akhirnya padam. Hanya menyisakan  lelehan-lelehan kebaikan." Kalimat itu muncul dibenakku ketika seorang teman kantor akhirnya berpulang setelah perjuangannya melawan sirosis, tumor hati.  Dia pergi begitu cepat. Belum genap 47  tahun. Sekitar 5  bulan lalu dia masih sehat, belum ada tanda-tanda sakit. Kesehatannya memburuk setelah 3 bulan terakhir. Dan semakin memburuk sehingga harus dibawa ke rumah sakit. Itupun  setelah teman-teman  kantor membujuknya . Aku ingat perkataanku saat baru sepekan dia di rawat di rumah sakit. Pada awal Januari 2012. "Pak Budi, banyak istirahat ya biar cepat sembuh. Yang penting bedrest. Satu bulan nanti sudah pulih." Maksudku menguatkannya.  Dan ternyata satu bulan kemudian dia berpulang. Dia tidak merasakan sakit lagi. Dia kini sudah sembuh. Aku mengenang saat-saat kami bersama dalam tim kerja kami. Kebaikannya, bantuannya, pun kepeduliannya. Dan banyak lagi kenangan  kami bersama teman kantor lainnya. Apa yang

EPISODE KABUT

Hidup tak selalu tanpa kabut Juga tak selalu tanpa badai Tapi meski dalam kelam kaki melangkah Tetap ada penunjuk arah Memandu hati Memimpin rasa Di jalan setia (foto dari seorang kawan, diambil di Tosari, 2011)