Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2013

SELAMA MASIH ADA WAKTU

Pagi masih berembun. Dingin masih terasa menyergap tubuh meski mentari mulai menampakkan diri. Senin. Hari kerja diawal pekan. Setumpuk rencana kerja telah tersusun. Diri telah siap beranjak meninggalkan beranda rumah menuju tempat tugas. Ping. Kulihat telepon genggamku. Ada pesan masuk. "Berita duka. Telah berpulang seorang kawan baik tadi malam" Aku terkejut. Sepintas anganku melayang pada sosok yang dikabarkan meninggal itu. Lelaki paruh baya, berdarah Minang.  Postur tubuhnya tinggi, tak terlalu gemuk. Aku hanya sempat bertemu dengannya dua kali dalam rapat koordinasi tingkat propinsi dilingkup kerja kami. Beliau hadir dari kantor pusat sebagai pembicara. Meski hanya bertemu dua kali aku bisa melihat bahwa dia adalah pribadi yang hangat, ramah dan baik. "Sakit apa, bu?" tanyaku pada teman beliau yang memberi kabar duka itu. "Belum tahu. Hari Jumat padahal masih masuk kantor." Gambar emoticon menangis menyertai dibelakang tulisan itu.  "

CAHAYA CINTA

Mendung memasung di langit senja Menuai rinai yang jatuh basahi semesta Dalam ritme gemerciknya Lelah terbasuh syukur Letih tergilas bahagia Tuk cahaya cinta Yang setia menyala 11 Juli 2013

KUTITIP RINDU PADA DAUN YANG JATUH

Kutitip rindu pada daun daun yang jatuh Terlebur dalam dinginnya tanah pusara Membawa beragam rasa Yang tersimpan dalam catatan keabadian Dalam rancangan-Nya Meski pedih semua menjadi baik, indah diwaktu-Nya. 24 Mei 2013

DIA TELAH PERGI

  Suatu sore kuterima pesan di ponselku. Dari teman semasa kuliah. Dia memberitahukan kalau sahabat kami baru kehilangan bayinya. Segera kutelpon sahabatku yang sedang berduka itu. Dia menceritakan tentang bayinya yang meninggal di dalam kandungan saat usia kandungan menginjak sembilan bulan. Tinggal sesaat lagi sebenarnya dia melahirkan. Namun Tuhan berkehendak lain. Tekanan darahnya bergerak naik, segala upaya dilakukan untuk menyembuhkannya agar tidak membahayakan bayinya. Namun pada akhirnya bayinya tak bisa diselamatkan. Dia tak bisa menimang bayi mungilnya. Kudengar nada sedih dari suaranya. Bisa dimaklumi, siapa yang tak sedih bila kehilangan seseorang yang disayangi. Penantian akan kehadiran buah hati selama beberapa tahun setelah kelahiran anak pertama ternyata berujung duka. “Sabar  ya, sista” kataku. “Iya, aku sudah belajar menerimanya” ucapnya diujung telpon. “Tuhan punya rencana yang lain. Dan mungkin melalui kejadian ini aku nantinya bisa menguatkan orang lain