Langsung ke konten utama

SUDAHKAH YANG TERBAIK

Memasuki pekan suci, minggu terakhir sebelum Jumat Agung dan Paskah,  di jelang pagi bersalut hening kata hati berbisik, "Sudahkah hati selaras dengan hati Bapa. Sudahkah laku seperti yang dikehendaki-Nya." Pertanyaan itu mengingatkanku pada sebuah lagu yang tertuang dalam pujian Nyanyian Kidung Baru:

"Sudahkah yang terbaik kuberikan kepada Yesus Tuhanku? 
Besar pengorbanan-Nya di Kalvari, diharap-Nya terbaik dariku. 
Berapa yang terhilang telah aku cari, dan kulepaskan yang terbelenggu? 
Sudahkah yang terbaik kuberikan kepada Yesus Tuhanku?"

Menyadari keterbatasan diri sebagai manusia, sesal tertuang dalam cawan pengakuan dan dalam diam  pengampunan dipintakan.  Dalam bincang hati bertabur puji akan anugerah kasih-Nya yang tak henti diri ini  meminta karunia seperti larik doa yang dinaikkan berabad lalu :

Lord, make me an instrument of Thy peace.
Where there is hatred, let me sow love. Where there is injury, pardon. 
Where there is doubt, faith.
Where there is despair, hope.
Where there is darkness, light.
Where there is sadness, joy.
 
grant that I may not so much seek to be consoled, as to console; 
 to be understood, as to understand;  
to be loved, as to love. (Fransiscus Asisi)

Kiranya hanya Kristus sendiri yang menolongku mewujudkannya.

Est, 24 Maret 2013 di minggu Palma 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MALAM ITU DI GETSEMANI

Malam itu di Getsemani Dalam gelap yang memekat Tertikam  kelu berbalut  sedih Terpapar hati  di dera resah Terlukis di tetes air mata darah Malam itu di Getsemani Di hening yang sunyi Diantara sahabat yang terbuai kala harus terjaga Berserah hati meneguk cawan  pahit Demi jiwa-jiwa terhilang Malam itu di Getsemani ciuman palsu tersuguh penanda bagi musuh Namun tikai terlerai oleh jamahan kasih Malam itu di Getsemani Menapak kaki menuju derita Kalvari Menjadi penebus atas segala salah Dan membuat jiwa-jiwa berdosa layak dihadapan-Nya Mengingat malam di Getsemani terurai makna tersadar  hati betapa bernilainya diri ini bagi-Nya   Gempol, 5 April 2012 ----refleksi hati dimalam menjelang Jumat agung

DI BIAS MENTARI PAGI

Dalam kehangatan pagi Di tiap semburat keindahan mentari Tertuai harap Teruntai doa Tergenapi rindu Di biduk perjalanan kalbu. Est, 29 September 2012 Picture by Safril, at Pasuruan 

FILOSOFI BUNGA ANGGREK

Banyak wanita menyukai anggrek karena keindahan bunganya. Bunga anggrek juga lebih tahan lama dibandingkan bunga mawar. Tahukah anda bahwa keindahan dan kekuatannya  tidak dihasilkan dalam waktu singkat? Mulai dari bibit hingga berbunga membutuhkan waktu lama.  Pada setiap fase pertumbuhannya banyak ancaman dari lingkungan yang  dapat membuatnya tidak tumbuh   bahkan mati. Saya pernah mengamati pertumbuhan anggrek Papua dan menantikan munculnya bunga. Saya memberi pupuk dan nutrisi lainnya. Harapannya, agar anggrek Papua cepat berbunga. Sayangnya, bunga itu tidak muncul juga. Saya tidak lagi banyak berharap munculnya bunga anggrek Papua. Setelah 10 tahun berlalu, keindahan bunga anggrek itu dapat saya nikmati. Kadang hal-hal  indah  yang Tuhan janjikan  harus melalui proses  panjang, dan menyakitkan. Hambatan-hambatan yang ada kadang memaksa kita untuk menyerah. Di sisi lain kita melakukan hal-hal dengan maksud mempercepat mendapatkan apa  yang kita inginkan.             Kita tidak bis