KELANA IMAJINASI
Apa yang kita baca dapat menumbuhkan imajinasi. Seperti saat membaca
cerita fiksi atau non fiksi. Misalnya novel, cerpen atau kisah hidup
seseorang. Acapkali penulis menggambarkan situasi dan merangkai cerita
sedemikian rupa sehingga membuat pembaca larut dalam ceritanya.
Seperti saat aku membaca beberapa cerpen di grup menulis di facebook. Setiap cerpen dibuat oleh dua orang, bahkan pernah ada yang tiga orang. Panjang cerpen sebanyak dua puluh lima paragraf. Ide ini digagas oleh pak Tengsoe pakar sastra untuk membuat orang gemar menulis cerpen.
Salah satu cerpen yang kubaca berkisah tentang seorang ibu yang pandai membuat mie tek tek dan akhirnya membuka warung dengan mie sebagai menu andalan.
Aku menyimak proses pembuatan cerpennya. Paragraf demi paragraf dibuat. Penggambaran situasi dan konflik yang terjadi di dalam cerita mengajakku berimajinasi. Seakan-akan aku berada di warung yang oleh penulisnya dinamai "warung mie puisi cinta" itu, memperhatikan warung yang penataannya baik dengan beberapa puisi yang dibingkai dan terpajang di dinding warung. Digambarkan di cerita itu pengunjung warung ada yang datang berpasangan, ada yang sendirian.
Saat berimajinasi itu muncul inspirasi di pikiranku yang akhirnya menjadi puisi.
"Cinta itu rumit, katamu.
Seperti sekumpulan mie yang sudah terhidang di meja
Sehingga jeda kau minta selama tiga purnama.
Sejatinya cinta tak serumit yang kau kira
Ia bisa merupa dalam beragam warna dan rasa
seperti varian mie yang pernah kita santap bersama.
Di sini, dengan cinta yang tak rumit itu
kunanti dirimu sampai tiba di akhir tiga purnama
Sambil kita saling pahami
dibalik yang rumit itu
ada banyak kisah yang bisa kita tuai maknanya. "
Ada lagi puisi yang lain hasil imajinasi. Seakan dibuat oleh sepasang insan yang lagi kasmaran.
"Kelak jika aku dan kamu menjadi kita
Ingatlah di sudut ruang ini
Pada meja delapan
Tuk pertama kali hatimu dan hatiku bertaut."
Cerpen yang dibuat belumlah selesai. Aku masih menunggu akhir ceritanya. Happy ending atau sad ending, tergantung kedua penulisnya.
Dan puisi-puisi itu entah dipakai dalam bagian cerita atau tidak, tidaklah menjadi masalah buatku. Hanya sekedar intermezzo. Setidaknya melalui ini aku belajar bahwa dengan membaca aku terilhami. Dan yang terpenting aku sudah menulis hari ini.
#nulisrandom2017
#harikedelapan
Seperti saat aku membaca beberapa cerpen di grup menulis di facebook. Setiap cerpen dibuat oleh dua orang, bahkan pernah ada yang tiga orang. Panjang cerpen sebanyak dua puluh lima paragraf. Ide ini digagas oleh pak Tengsoe pakar sastra untuk membuat orang gemar menulis cerpen.
Salah satu cerpen yang kubaca berkisah tentang seorang ibu yang pandai membuat mie tek tek dan akhirnya membuka warung dengan mie sebagai menu andalan.
Aku menyimak proses pembuatan cerpennya. Paragraf demi paragraf dibuat. Penggambaran situasi dan konflik yang terjadi di dalam cerita mengajakku berimajinasi. Seakan-akan aku berada di warung yang oleh penulisnya dinamai "warung mie puisi cinta" itu, memperhatikan warung yang penataannya baik dengan beberapa puisi yang dibingkai dan terpajang di dinding warung. Digambarkan di cerita itu pengunjung warung ada yang datang berpasangan, ada yang sendirian.
Saat berimajinasi itu muncul inspirasi di pikiranku yang akhirnya menjadi puisi.
"Cinta itu rumit, katamu.
Seperti sekumpulan mie yang sudah terhidang di meja
Sehingga jeda kau minta selama tiga purnama.
Sejatinya cinta tak serumit yang kau kira
Ia bisa merupa dalam beragam warna dan rasa
seperti varian mie yang pernah kita santap bersama.
Di sini, dengan cinta yang tak rumit itu
kunanti dirimu sampai tiba di akhir tiga purnama
Sambil kita saling pahami
dibalik yang rumit itu
ada banyak kisah yang bisa kita tuai maknanya. "
Ada lagi puisi yang lain hasil imajinasi. Seakan dibuat oleh sepasang insan yang lagi kasmaran.
"Kelak jika aku dan kamu menjadi kita
Ingatlah di sudut ruang ini
Pada meja delapan
Tuk pertama kali hatimu dan hatiku bertaut."
Cerpen yang dibuat belumlah selesai. Aku masih menunggu akhir ceritanya. Happy ending atau sad ending, tergantung kedua penulisnya.
Dan puisi-puisi itu entah dipakai dalam bagian cerita atau tidak, tidaklah menjadi masalah buatku. Hanya sekedar intermezzo. Setidaknya melalui ini aku belajar bahwa dengan membaca aku terilhami. Dan yang terpenting aku sudah menulis hari ini.
#nulisrandom2017
#harikedelapan
Komentar
Posting Komentar