MENULIS : Sebuah refleksi di hari Kartini
Hari ini semua khalayak
memperingati hari lahir RA Kartini. Peringatan
terhadap pejuang emansipasi wanita ini dilakukan mulai dari anak-anak sampai orang dewasa. Baik
di lingkungan perkantoran atau di pusat keramaian atau mall.. Ya, seperti
kulihat pagi tadi di mall saat aku menemani keponakanku “kartinian” bersama teman-teman play groupnya.
Perempuan Indonesia memang
patut berbangga. Berkat Kartini kita bisa berkiprah dan mendapatkan kesetaraan
dalam berkarya dan mengabdi pada bangsa. Umumnya peringatan hari kartini ini identik dengan menggunakan pakaian adat
atau kebaya berikut acara yang menarik dan dikemas apik. Tidak salah memang bila peringatan hari
kartini identik dengan pakaian adat atau kebaya. Ini sebagai wujud kebanggaan
pada keragaman budaya bangsa. Namun kita juga perlu memahami bagaimana Kartini
berjuang.
Perjuangan Kartini dilakukan
melalui tulisan. Ia menuliskan keluhannya tentang wanita jawa yang terkungkung
adat, tidak memiliki kebebasan. Pemikiran dan gagasan-gagasannya tidak akan
pernah di ketahui bila ia tidak menuangkannya dalam surat-surat kepada
sahabatnya. Kumpulan surat-surat yang dibukukan dalam "Door Duisternis tot Licht" yang arti harafiahnya "Dari Kegelapan Menuju Cahaya" itulah yang kemudian menjadi pencerah bagi dunia
khususnya perempuan Indonesia.
Kitapun dapat melanjutkan
perjuangan Kartini dengan menulis, apapun latar belakang dan profesi kita.
Melalui tulisan kita bisa menuangkan ide dan angan yang ada di pikiran
kita. Tidak dibutuhkan bakat khusus dalam membuat tulisan, Hanya kemauan untuk
melakukan dan bukan hanya sekedar diniatkan.
Siapa tahu tulisan anda bisa memberi pencerahan tidak saja bagi diri tapi juga bagi
sesama.
Selamat meneruskan
perjuangan ibu Kartini. Selamat menulis dan menghasilkan karya.
Gempol, 21 April 2012
Komentar
Posting Komentar