Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2014

AGUSTUS, AKU MENYUKURINYA

"Selamat ulang tahun...." sebuah pesan di telepon seluler dari seorang tua mewarnai pagi, dua hari sebelum tanggal lahirku. Ucapan yang terlalu dini namun membuatku bersemangat  sepanjang hari. Seakan seperti berkat yang ditumpangkan ke atas kepalaku  dan menyegarkan seluruh tubuh.  Hatiku diliputi sukacita sepanjang hari itu. Tepat di tanggal lahirku berbagai sapa dan doa melimpahiku. Banyak sekali. Ada yang lewat tulisan  adapula yang melagukannya. Kejutan kejutan manis yang tak pernah kupikirkan. Seperti halnya yang dilakukan sebuah keluarga muda di ujung telepon.  Saat kuangkat tak ada suara menyapa. Hanya samar kudengar hitungan angka. "Satu. Dua. Tiga. Happy birthday, happy birthday. Happy birthday to you". Selamat ulang tahuuunnn." Satu persatu anggota keluarga itu bergantian menyapaku.  Senang berpadu haru.  Paduan suara acapella dengan harmoni yang indah. Tak menyangka aku begitu dikasihi seperti ini. Pun ketika saat men...

EPISODE KENANGAN : SEPENGGAL PESAN

Gambar
Beberapa hari setelah kepergian kawan sepelayanan karena kecelakaan lalu lintas, aku menelusuri dinding facebooknya. Banyak ucapan dukacita tertulis disana. Semua tak ada yang menyangka bahwa secepat itu dia berpulang. Kubaca kata demi kata sembari mengingat masa masa selama dia ada. Masa sejak ia kecil hingga beranjak dewasa. Masa dimana kami bersama kawan kawan di gereja GPIB Ebenhaezer sektor IX Porong melayani dalam paduan suara dan kelompok vokal. Talenta bermusiknya memperkuat dan memperindah puji pujian kami. Pernah suatu hari usai ibadah minggu dia memainkan organ gereja. Aku mendekatinya dan memintanya untuk juga melayani sebagai organis karena pemain organ di gereja kami hanya dua orang. Dia hanya tersenyum, tak menolak tak juga mengiyakan. Belakangan aku tahu ia terpanggil untuk melayani persekutuan taruna. Tuhan memakainya untuk membimbing anak-anak muda. Dia adalah anak muda yang menyenangkan.  Ramah, selalu tersenyum dan penuh perhatian. Ia sara...

LELAKI SATU LENGAN

Pagi, sekitar pukul enam, dari lantai enam sebuah hotel di kawasan Gubeng aku melihat aktifitas sebagian masyarakat di kota pahlawan ini. Lalu lalang kendaraan dari berbagai arah mulai memenuhi jalan. Mobil pribadi, angkutan umum, sepeda motor seakan tak ada habisnya melintas. Sesekali becak becak  melintas membawa sayur mayur dan buah buahan. Setumpuk hasil bumi produk masyarakat pedesaan turut mengambil bagian memenuhi kebituhan hidup masyarakat perkotaan. Mengisi pagi tak hanya diisi oleh mereka yang berkendara. Di sisi kanan di seberang jalan kulihat   seorang pekerja yang membersihkan jalan. Orang menyebutnya pasukan  kuning. Nampaknya ia hampir merampungkan pekerjaannya. Entah mulai jam berapa dia bekerja, yang pasti pekerjaan itu dilakukan ketika jalan masih lengang sehingga dia leluasa membersihkan jalan. Dari sekian banyak aktifitas di pagi itu tiba tiba mataku tertuju pada  seorang laki laki paruh baya. Berdiri di simpang jalan. ...