BERTEMAN PURNAMA

Senja telah berlalu meninggalkan bias bias jingga di bentangan langit. Bintang-bintang mulai bermunculan  melengkapi malam. Ara menghampiri Dio yang duduk di beranda.
 “Sedang apa?”
Ngga apa apa. Hanya ingin di sini. Mengenang tentang kita.”
“Tentang kita?”
“Ya.  Ingat ngga, dulu kita selalu merindukan purnama.  Di tiap jelang purnama  kita berusaha untuk bertemu.  Bersama menikmati  bulan yang merona diantara rimbun dedaunan  akasia.”
“Aku ingat.   Kita menghitung hari di antara waktu sibuk kita,kan. Hanya supaya bisa bersama saat  purnama.  Lucu ya kita, atau aneh? ”  
“Yang pasti kita bukan srigala atau vampire seperti yang di film-film horor itu,  yang keluar saat purnama. Ha ha ha.” Berdua mereka tergelak.
---------------
Ara tersenyum.  Tak berkata-kata. Semilir angin malam menyentuh lembut tubuh Ara yang duduk tepekur  dalam hening, sendiri. Purnama ini sekali lagi mengantarnya pada kenangan  demi kenangan di beranda kala itu.   
“Kau tahu, mungkin cerita  kita tak menjadi bagian dari sejarah dunia  seperti  Romeo dan Juliet.  Ia hanya sejumput debu dari sekian banyak kisah cinta yang menggema.  Setitik tinta dari suatu lukisan sejarah.  Tak nampak. Namun bagiku kamu adalah bagian dari sejarah hidupku.  Sebuah pendar cahaya, penerang langkahku yang telah pergi ke keabadian. ”

Diatas sana dibalik rerimbun akasia, candra bersinar purnama. Sempurna.

Inspired by  “Cinta Sejati “ Bunga Citra Lestari.
Est,  31-01-13  

#NulisRandom2015
#flashfiction

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

FILOSOFI BUNGA ANGGREK

MALAM ITU DI GETSEMANI

CINTA