Pagi masih berembun. Dingin masih terasa menyergap tubuh meski mentari mulai menampakkan diri. Senin. Hari kerja diawal pekan. Setumpuk rencana kerja telah tersusun. Diri telah siap beranjak meninggalkan beranda rumah menuju tempat tugas. Ping. Kulihat telepon genggamku. Ada pesan masuk. "Berita duka. Telah berpulang seorang kawan baik tadi malam" Aku terkejut. Sepintas anganku melayang pada sosok yang dikabarkan meninggal itu. Lelaki paruh baya, berdarah Minang. Postur tubuhnya tinggi, tak terlalu gemuk. Aku hanya sempat bertemu dengannya dua kali dalam rapat koordinasi tingkat propinsi dilingkup kerja kami. Beliau hadir dari kantor pusat sebagai pembicara. Meski hanya bertemu dua kali aku bisa melihat bahwa dia adalah pribadi yang hangat, ramah dan baik. "Sakit apa, bu?" tanyaku pada teman beliau yang memberi kabar duka itu. "Belum tahu. Hari Jumat padahal masih masuk kantor." Gambar emoticon menangis menyertai dibelakang tulisan itu. ...