RoFA : MERAJUT SYUKUR DI KALIGUA
Kabut di siang itu menyambutku. Hawa dingin dan aroma tanah basah
selepas hujan seakan memberikan ucapan selamat datang. Hamparan hijau
dedaunan di kawasan perkebunan teh menyejukkan mata dan hati. Sukacita
bertemu kembali dengan keluarga Ring of
Fire Adventure serta bertemu dengan kawan kawan rofers seketika
mengusir lelah setelah perjalanan panjang selama 13 jam dari rumah
menuju Bumiayu, Brebes.
Teringat sehari sebelum berangkat ke Kaligua. Pekerjaan yang seakan tak pernah henti, memupuk ragu, bisakah hadir di perhelatan para petualang dan pecinta alam ini. Evaluasi kegiatan tahun lalu untuk bantuan sosial ke masyarakat harus sudah dituntaskan pada pekan terakhir Januari. Bersamaan dengan itu persiapan kegiatan tahun ini juga harus rampung. Penentuan calon lokasi kegiatan pengembangan jaringan irigasi, optimasi lahan dan intensifikasi tanaman padi di lebih dari 60 titik harus sudah dilaporkan datanya ke kantor pusat pada akhir Januari pula. Setiap hari turun ke desa, setiap hari pula berkoordinasi dengan petugas lapang untuk penentuan titik lokasi. Jadwal sangat padat, pun sampai hari keberangkatan ke Jambore Nasional Ring of Fire Adventure yang pertama ini.
Siang hari jelang keberangkatan, sepulang kunjungan ke lapang fisikku drop. Badan lemas, kelelahan. Tiket bis malam yang sudah ditangan pun belum menjamin apakah aku bisa berangkat mengingat kondisiku. Namun mendengar berita kawan kawan yang sudah mulai berangkat cukup memberiku semangat. Aku berserah. Dalam hati berseru, "Tuhan jika Engkau ijinkan aku hadir di acara jambore nasional aku yakin Engkau akan membuatku pulih."
Beberapa jam sebelum waktu berangkat aku berusaha tidur, memulihkan daya. Menjelang petang kesehatanku membaik. badanku serasa lebih segar Kusiapkan segala sesuatunya. Malam hari dalam rinai gerimis kulangkahkan kaki memantapkan hati memenuhi janjiku, menuju Kaligua.
Kabut masih menghiasi hari. Dengan hati berbalut syukur aku menyadari kekuatan percaya, bahwa jika Tuhan menghendaki Ia akan menjadikan mungkin apa yang dirasa tak mungkin.
1 Februari 2014
Teringat sehari sebelum berangkat ke Kaligua. Pekerjaan yang seakan tak pernah henti, memupuk ragu, bisakah hadir di perhelatan para petualang dan pecinta alam ini. Evaluasi kegiatan tahun lalu untuk bantuan sosial ke masyarakat harus sudah dituntaskan pada pekan terakhir Januari. Bersamaan dengan itu persiapan kegiatan tahun ini juga harus rampung. Penentuan calon lokasi kegiatan pengembangan jaringan irigasi, optimasi lahan dan intensifikasi tanaman padi di lebih dari 60 titik harus sudah dilaporkan datanya ke kantor pusat pada akhir Januari pula. Setiap hari turun ke desa, setiap hari pula berkoordinasi dengan petugas lapang untuk penentuan titik lokasi. Jadwal sangat padat, pun sampai hari keberangkatan ke Jambore Nasional Ring of Fire Adventure yang pertama ini.
Siang hari jelang keberangkatan, sepulang kunjungan ke lapang fisikku drop. Badan lemas, kelelahan. Tiket bis malam yang sudah ditangan pun belum menjamin apakah aku bisa berangkat mengingat kondisiku. Namun mendengar berita kawan kawan yang sudah mulai berangkat cukup memberiku semangat. Aku berserah. Dalam hati berseru, "Tuhan jika Engkau ijinkan aku hadir di acara jambore nasional aku yakin Engkau akan membuatku pulih."
Beberapa jam sebelum waktu berangkat aku berusaha tidur, memulihkan daya. Menjelang petang kesehatanku membaik. badanku serasa lebih segar Kusiapkan segala sesuatunya. Malam hari dalam rinai gerimis kulangkahkan kaki memantapkan hati memenuhi janjiku, menuju Kaligua.
Kabut masih menghiasi hari. Dengan hati berbalut syukur aku menyadari kekuatan percaya, bahwa jika Tuhan menghendaki Ia akan menjadikan mungkin apa yang dirasa tak mungkin.
1 Februari 2014
Komentar
Posting Komentar