Janganlah meninggalkan hikmat itu, maka engkau akan dipeliharanya, kasihilah dia, maka engkau akan dijaganya. (Amsal 4:6). Kalimat itu diucapkan dengan lantang dan jelas dari mulut seorang anak kecil. Tiza, keponakanku berumur 3 tahun. Dia mendapat tugas menghafal kalimat itu dari guru sekolah minggunya. Bagi dia sebenarnya tidak ada keharusan untuk menghafal, lebih diutamakan bagi anak-anak yang sudah bersekolah. Namun dia dapat menghafalnya. Aku tersentuh, ikut menyimak isi dan makna dari kalimat itu. Aku merasa Tuhan mengingatkanku melaluinya. Banyak dari kita lebih mengutamakan akal, pikiran sendiri dan terkadang melupakan hikmat Tuhan. Merasa diri mampu dengan kekuatan sendiri. Hikmat diminta sebagai alternatif terakhir atau saat tidak menemukan jalan keluar saat menghadapi persoalan. Padahal dengan memberi ruang pada hikmat serta memeiharanya akan diperoleh berbagai berkat dan manfaat dalam menjalani kehidupan. Banyak cara dilakukan Tuhan untuk mengingat...