LEBIH DARI SEKEDAR UNTUNG DAN RUGI
Sore itu aku pergi ke sawah melihat hasil pekerjaan yang dilakukan petani penggarap sawahku. Dia petani yang lugu. Dia menyampaikan banyaknya biaya penyiangan rumput yang di keluarkan bila menggunakan tehnologi yang kuterapkan dibanding tehnologi tanam biasa. "Biaya produksi bertambah. Nanti ibu rugi." Begitu katanya.
Di satu sisi tambahan biaya yang bagiku berarti harus mengeluarkan dana lebih, hal itu sangat berarti buat para buruh tani. Umumnya dengan tanam biasa kegiatan menyiang cukup dilakukan satu hari. Upah yang diterima 25 ribu per orang. Dengan tehnologi tabela dibutuhkan tiga hari. Sehingga buruh tani dan kawan-kawannya itu mendapatkan 75 ribu per orang. Uang sebesar itu berarti banyak bagi mereka untuk kebutuhan sehari-hari. Mereka bersyukur ada tambahan dana yang tidak mereka sangka. Dan yang membuat aku tercekat mereka menyiang dan menyulam tanaman padiku dengan berkata pada tanaman padi itu agar tumbuh dengan subur dan menghasilkan produksi yang baik. Sebuah doa dan harapan dari buruh tani yang lugu. Sebuah doa untukku.
Aku bersyukur secara tidak langsung dapat membantu mereka. Mungkin secara materi aku rugi. Namun ‘kerugian’ itu menjadi keuntungan bagiku karena aku belajar satu hal lagi tentang kehidupan. Itu yang tidak bisa dinilai dengan materi.
Aku bersyukur secara tidak langsung dapat membantu mereka. Mungkin secara materi aku rugi. Namun ‘kerugian’ itu menjadi keuntungan bagiku karena aku belajar satu hal lagi tentang kehidupan. Itu yang tidak bisa dinilai dengan materi.
“Maka hendaklah sekarang ini kelebihan kamu mencukupkan kekurangan mereka, agar kelebihan mereka kemudian mencukupkan kekurangan kamu, supaya ada keseimbangan.”
Komentar
Posting Komentar